Seorang bayi wanita dilahirkan dari keluarga yang berada. Dididik oleh seorang ibu yang memiliki usaha besar dan bisa dibilang sang ibu pun terlahir dari keluarga yang kaya raya.
Sang ibu memberikan nama Karina Wulandari. Namun entah kasih sayang seperti apa yang sang ibu berikan.
Karina tumbuh menjadi seorang wanita yang tidak terlalu cantik. Biasa-biasa saja. Sang ibu selalu mendidiknya agar pandai berbahasa dan berintonasi saat berbicara. Menganjar kan tata krama, etika dan sopan santun yang sangat sempurna. Namun sepertinya sang ibu lupa akan satu hal. Karina tak pernah diajarkan segala hal tentang perasaan.
Mungkin karena kesombongan sang ibu karena merasa memiliki harta yang begitu melimpah, sang ibu tak pernah memperhatikan perasaan orang lain. Terlebih karyawan yang bekerja di perusahaan yang ia pimpin. Sang ibu pun sama, memiliki bahasa dan intonasi yang ramah saat berbicara. Namun terlalu menusuk bila di tafsirkan isinya.
Telah banyak teguran yang Tuhan berikan, ketika sang ibu melahirkan adik Karina yang berstatus ABK (Anak Berkebutuhan Khusus). Kemudian ditinggal wafat oleh suaminya. Walhasil sang ibu merawat anak-anaknya seorang diri alias single parent.
Karina hanya lulus SMA. Meski ia pernah melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi, namun entah hanya main-main saja atau apa, dia tidak menyelesaikan tahap kuliah di perguruan tinggi.
Apa yang akan ia lakukan dengan ijazah SMA? Sulit untuk mendapatkan pekerjaan dengan jabatan tinggi. Apalagi ia memiliki gengsi yg tinggi dan tidak mungkin membiarkan dirinya melamar ke perusahaan-perusahaan hanya untuk menjadi karyawan rendahan.
Akhirnya ia bekerja di perusahaan ibunya entah apa jabatannya yang jelas ia menjadi boss saat itu. Dia teramat semena-mena terhadap karyawan-karyawannya. Sampai beberapa kali karyawannya banyak yg mengundurkan diri karena selalu merasa sakit hati dengan apa yang ia katakan dan perbuat.
Hingga suatu saat ia menikah dengan jodohnya. Suaminya juga seorang pengusaha yang bisa dibilang sukses. Dia ikut suaminya ke luar pulau untuk ikut begelut di perusahaan suaminya. Karena ego dan tabiatnya, suami dan perusahaannya pun ia yang memegang kendali. Bahkan para karyawan yang sangat senang bekerja dengan suaminya, kini merasa jengkel dengan kepemimpinan Karina. Bayaran yang biasa dibayarkan suaminya, ia turunkan. Padahal angka pembayaran karyawan yang suaminya tetapkan itu sudah angka standar.
Karina mengandung. Di usia kandungannya yang terbilang muda, dia mendapat teguran dari Allah. Ia mengalami keguguran. Selang beberapa waktu ia sehat dan kembali memimpin perusahan sang suami. Tabiatnya tak berubah. Ia masih saja berbuat semaunya dengan aturan-aturannya yang ia buat. Sampai pada masanya suaminya bosan dan jengah. Suaminya menceraikan Karina. Dan Karina kembali ke perusahaan ibunya.
Sang ibu juga memiliki perusahaan lain selain yang di pegangnya selama ini. Ibunya Karina adalah salah satu anggota pendiri dari sebuah sekolah terfavorit di kotanya. Sedangkan Karina di sini menjabat sebagai anggota pengurus.
Sampai pada saatnya salah satu karyawannya membuat kesalahan yakni laporan keuangan yang dibuat sangat berantakan. Karina tak seharusnya membuat surat perjanjian ganti rugi karena memang kesalahan yang dibuat tidaklah mutlak milik sang karyawan. Sebut saja Bu Ajeng. Karena merasa sudah tak mempercayainya, dia memberikan kepercayaannya kepada Rendi, karyawan laki-laki yang masih terbilang muda. Dia membuat sebuah aturan, prosedur bahkan teknis dadakan yang sebenarnya tidak efektif.
Suatu hari seorang customer akan mengambil sejumlah uang simpanan melalui Rendy. Biasanya berapapun jumlah uang yang akan ditarik, Rendy selalu bisa mengeluarkan uang saat itu juga. Namun karena Rendy pun tak memegang uang sama sekali, setiap kali ada customer yang akan menarik uang simpanannya, dia harus mengajukan terlebih dahulu secara prosedur kepada Karina.
Namun berhubung esok sudah masuk liburan, maka sang customer meminta agar uangnya dapat di transfer via bank mengingat banyak sekali kebutuhan yang harus dipenuhi. Dan ketika Rendy mengajukannya, Karina menyetujuinya.
Selang dua minggu, liburan selesai.
Dan Rendy bertanya lewat chat application kepada Karina tentang uang customer yang harus ditransfer tempo hari. Namun karina belum melakukan transaksi tersebut. Rendy begitu marah karena dia selaku front office akan sangat malu terhadap customer. Ketika Rendy menjelaskan dan mengingatkan bahwa Karina sudah memperbolehkan transaksi tersebut bahkan ia meminta nomor rekening tabungan customer, dia malah menanyakan aturan yang jelas-jelas tak pernah ada. Malas berdebat, aknhirnya Rendy mengirimkan screenshoot hasil chat dia dan Karina tempo hari. Lalu dia terdiam dan tak membalas. Mungkin dia merasa salah.
Segala yang Karina lakuka tak pernah disukai oleh karyawan-karyawannya termasuk Rendy. Segala prosedur dan teknis kerja yang dia buat sama sekali tidak efektif. Rendy merasa lelah dengan semua peraturan yang Karina buat. Namun dia tidak memiliki cukup power untuk melawan Karina. Rendy sangat terjepit di antara Karina dan customer. Customer yang tidak mau tahu bila uang simpanannya harus segera segera ia terima. Sedangkan Rendy juga sangat sulit untuk mengajukan uang yang harus keluar kepada Karina.
Karina memang tidak memiliki perasaan dalam berbicara. Dia pernah bilang,
"aku juga tahu Ren kamu butuh banget kerjaan ini"
"Kamu tun bego banget sih, Ren"
Bahkan dia sempat berbicara
"Kamu tahu ga, saya ngerasa karyawan d perusahaan ini sopan santun nya kurang"
"Kamu harus senyum, sapa dan kasih salam duluan sama saya karena saya atasan kamu"
Bahasa yang dikeluarkan menunjukkan bahwa ia sangat arogan, gila hormat dan egois. Bahkan untuk tamatan SMA seperti Rendy pun, dia terlihat seperti orang yang tidak berpendidikan. Tak pantas seorang yang berhijab memiliki kata-kata kasar seperti itu. Rendy pun sering berpikiran untuk keluar dari perusahaan itu. Bahkan beberapa kawan sejawatnya pun juga berpikiran sama. Namun ia masih memiliki hati karena belum tentu orang lain bisa kuat menghadapi orang macam Karina. Apalagi mengurusi masalah finansial orang lain.
Dia lupa bahwa perusahaan dan karyawan adalah satu kesatuan yang tak bisa dipecahbelahkan. Ia selalu menganggap bahwa semua bisa ia lakukan sendiri. Ia lupa bila semua karyawan di perusahaannya mengundurkan diri secara serempak, akan menjadi seperti apa.
Ini adalah pimpinan yang gila. Tak bisa menghargai karyawan yang susah payah mengembangkan perusahaannya. Mungkin dia hanya berpikir bahwa dengan materi semua akan Baik-baik saja. Tapi dia lupa satu hal. Bahwa dia akan hancur dengan materi.
Pelajaran dari kisah nyata di atas adalah :
Bahwa harta, tahta dan jabatan bukanlah segalanya. Seorang Karina yang memiliki luaran yg sangat baik namun bila kita mengenalnya lebih dekat dia bagaikan peti mati yang indah namun di dalamnya terdapat mayat yang sudah membusuk. Orang yang melihat peti mati itu akan tertarik untuk memandangnya lebih dekat. Namun setelah dekat ia akan segera pergi menjauh karena aroma busuk yang di hasilkan oleh mayat di dalamnya.
Lebih baik kita menjadi seorang yang biasa saja namun banyak orang yang dekat dengan kita, menghargai kita, menyayangi kita dan bahkan bila mereka teramat sayang, mereka akan ikut melindungi kita. Jadilah orang yang baik di mata orang lain terutama di mata Tuhan.
Karena akhlak itu yang menilai orang lain, bukan diri kita sendiri. Karena sudah sifat manusia bila manusia akan merasa dirinya paling benar.
Wasaalam.